Wednesday, May 25, 2005

Catatan 9: Pantun air mata

Ditulis pada 12 Januari 2003, 11.55pm

Bunga sekuntum tidak dikarang
Pegaga menjalar sulur bertaut
Sudah maklum miliknya orang
Mengapa dibiar hati terpaut.

Pegaga menjalar sulur bertaut
Tumbuh merata di celah pandan
Mengapa dibiar hati terpaut
Kelak terluka merana badan.

Tumbuh merata di celah pandan
Indah bungaan gugur melata
Kelak terluka merana badan
Mimpi berteman si air mata.

Indah bungaan gugur melata
Memagar desa pohon mengkudu
Mimpi berteman si air mata
Hati hiba diulit rindu.

Memagar desa pohon mengkudu
Sisi kepayang pohon berangan
Hati hiba diulit rindu
Kasih dan sayang tinggal kenangan.

2 comments:

Fadhilah said...

pohon mengkudu, pegaga menjalar....tradisional sungguh..ayat puisi lagi tinggi dari ayat novel..tak mampu la aku.
kalau hati dah terpaut nak buat macam mana..apa salahnya menyukainya dalam diam, tapi mesti berhati-hati takut terluka.

Anonymous said...

Memang terluka pun.. Bukan dalam diam tapi dalam nyata.

Ada orang kata...
Di mulut naga lagikan kurebut. Inikan pula di tangan orang.